Jumat, 14 Maret 2008

Ahmad Alheid: ''Yang Tak Terpikirkan''

Artikel lepas Kota Bukan Ini, Bukan Itu, yang saya posting Sabtu, 16 Februari 2008, yang dipublikasi Radar Bolmong Edisi I dan kemudian ditanggapi Kurniawan S Basol di Radar Bolmong Edisi II --dan saya tanggapi lagi dengan posting Kodok Itu Bernama Kurniawan S Basol-- ditanggapi pembaca blog ini. Adalah Ahmad Alheid yang mengirimkan email dari heid_ahmad@..., Rabu, 12 Maret 2008, yang seluruh isi lengkapnya saya cantumkan di bawah.

SAYA kira tulisan Katamsi Ginano yang menampar Kurniawan S Basol belum apa-apa untuk membangunkan banyak orang Mongondow dari kedunguan yang cenderung mewabah. Apalagi bila kedunguan itu datang dari kalangan yang merasa bisa mempengaruhi opini khalayak, intelektualitasnya di atas rata-rata awam, dan berdiri mengelilingi kandidat walikota sebagai tim penasihat bagi si calon kepala daerah.

Bayangkan, mereka dirasuki kegoblokan dan narsisme --dan secara kontras dihinggapi nafsu menjilat di saat yang bersamaan.

Apa yang bisa diharap dari semua calon yang memajang baliho di seantero Kotamobagu saat ini, selain birahi berkuasa? Kalau tiba-tiba ada yang menawarkan ekonomi kerakyatan, bukankan itu hanya pikiran romantis sok sosialis?

Saya pernah mendengar seorang pimpinan partai pidato tentang Kotamobagu yang tidak bisa bersandar dari sumber daya alam bila dibanding dengan daerah lain di sekitarnya. Menurutnya, karena itulah dibutuhkan seorang pemimpin kreatif untuk membangun kota ini.

Beberapa hari kemudian isu tentang tidak bisanya Kotamobagu bersandar dari sumber daya alam ini nongol di koran disuarakan seorang kandidat yang hadir pada acara tersebut. Saya sedih menyaksikan hal tersebut. Bayangkan, hal yang begitu sederhana bukan hanya menjadi barang "yang belum dipikirkan", namun menjadi "yang tak terpikirkan" bagi si calon walikota.

Wajar kalau Katamsi melemparkan kecurigaan pada mereka yang tengah menabur janji di Kotamobagu. Benar memang, kalau ingin melihat Kotamobagu maju beberapa tahun ke depan dan memberikan kesejahteraan bagi masyarakatnya, dibutuhkan program yang melampaui dari apa yang sedang dipropagandakan di Kotamobagu saat ini.***