Senin, 07 April 2008

Cihuiiiii, ‘’Katanya’’ Saya Jadi Kandidat Calon Wakil Walikota

MALAM masih belia ketika BlackBerry saya ‘’menjerit’’. Yang tiba adalah SMS yang memecah kesunyian lepas Mangrib. Isinya saya simak; dan tiba-tiba terasa amat serius dan berat.

Mendadak saya lemas dan agak susah menelan –-saya lupa apakah juga berkeringat dingin seperti inimbalu’ in politik yang sudah saya tuliskan di posting terdahulu. Sesungguhnya isi SMS itu bukanlah kabar menyeramkan atau sejenis urban legend yang mampu menjagakan kelopak sepanjang malam (semisal kisah tentang nomor telepon milik sorang gadis yang mati bunuh diri tapi masih terus mengirim SMS, kendati provider-nya sudah pula ‘’membunuh’’ nomor tersebut); melainkan semestinya kabar gembira bagi siapa saja orang Mongondow di Kotamobagu yang kini sedang ghirah politik.

Seorang sepupu, lewat SMS panjang, mengabarkan bahwa Minggu petang, 6 April 2008, DPD Partai Amanat Nasional (PAN) Kota Kotamobagu sudah menggelar rapat menentukan kandidat calon Walikota dan Wakil Walikota yang akan direkomendasi ke DPW PAN Sulut. Hasilnya, menurut SMS itu, untuk calon Walikota nama-nama yang direkomendasi (sesuai urutan hasil rapat) adalah: Tatong Bara, Djelantik Mokodompit, Ny Tuti Gobel-Gonibala, Syamsudin Kuji Moha, Siswa Rahmat Mokodongan, Syamsurizal Mokoagow, Syarial Damopolii, dan Hamdi Paputungan. Sedang untuk calon Wakil Walikota yang akan direkomendasi (juga sesuai urutan hasil rapat) adalah: Katamsi Ginano, Selong Paputungan, Djainuddin Damopolii, Jaya Mokoginta, Noes Mokodongan, Dhullo Affandi, Aria S Malla, Salma Mokodompit, Hardy Mokodompit, dan Sarifudin Mamonto.

Cukup lama saya tercenung. Bermacam hal yang saling kelabat dan bersimpangan di batok kepala. Yang jelas, bukan karena saya ingin menjilat dan mengagung-agungkan PAN dan pengurus DPD serta kader-kadernya; namun tak urung dua jempol saya teracung (yang kemudian buru-buru saya tarik kembali, karena mengacungkan dua jempol di kamar sendirian, bisa jadi tanda awal ada ‘’kelainan’’ yang berkaitan dengan kejiwaan seseorang).

Saya mengacungkan dua jempol untuk DPD PAN Kota Kotamobagu dengan sejumlah alasan:

Pertama, DPD PAN Kota Kotamobagu menunjukkan kualitas kearifan politik yang hingga tulisan ini dibuat tak mampu ditunjukkan oleh Parpol-Parpol lain. Lihat saja, di jejeran kandidat calon Walikota PAN hanya menempatkan satu nama, Tatong Bara, yang juga Ketua DPD Kota Kotamobago –-dari sisi political correctness ini sangat normatif dan pantas. Selebihnya, pengurus PAN dan kader-kadernya yang setahu saya rata-rata berusia muda, dengan besar hati merekomendasi nama lain di luar PAN; dan bahkan datang dari Parpol pesaing, Partai Golkar –kecuali Siswa Rahmat Mokodongan yang berlatar birokrat.

Padahal, kita tahu bersama, selain Partai Golkar, karena memiliki satu fraksi utuh di DPR, PAN adalah partai yang berhak mengusung calon Walikota dan Wakil Walikota tanpa perlu berkoalisi dengan partai lain.

DPD PAN Kota Kotamobagu, yang pimpinan dan pengurusnya umumnya anak-anak muda, lewat rekomendasinya telah mengajari para orang tua apa yang disebut sebagai ‘’mendahulukan hajat hidup khalayak ketimbang kepentingan golongan dan pribadi’’. Bagi saya, seharusnya Parpol-Parpol lain, terutama Parpol besar dengan jumlah wakil di DPR yang nyaris mendominasi, amat sangat pantas berendah hati dengan belajar pada kearifan DPD PAN Kota Kotamobagu.

Kedua, dan sesungguhnya sejalan dengan yang pertama, di jajaran kandidat calon Wakil Walikota DPD PAN Kota Kotamobagu bahkan merekomendasi nama-nama yang –kecuali Djainuddin Damopolii yang adalah mantan kader PAN—sepenuhnya datang dari kalangan independen dan birokrat. Tidak banyak Parpol di Indonesia saat ini yang mampu mencapai ‘’kesadaran’’ setingkat apa yang ditunjukkan oleh DPP PAN Kota Kotamobagu.

Ketiga, DPD PAN Kota Kotamobagu juga menunjukkan kualitas lebih yang lain lewat rekomendasinya, bahwa politik adalah keseimbangan, negosiasi, yang berlandaskan pada aspirasi banyak orang yang tujuan akhirnya juga demi kepentingan orang banyak. Apa yang ditunjukkan oleh DPD PAN ini, membuat saya optimis bahwa masa depan politik di Kota Kotamobagu masih punya harapan, sepanjang sekelompok orang muda yang ada di partai ini terus menjaga kewarasan dan integritasnya.

Akan halnya nama saya disebut, di urutan pertama pula, dengan istigfar saya menyatakan terima kasih dan penghormatan setinggi-tinggi. Sungguh, ini bukan kebanggaan, apalagi sesuatu yang harus membuat saya ge-er. Justru DPD PAN Kota Kotamobagu mengajari saya satu hal penting yang kerab kita abaikan: Bahwa harga integritas pada akhirnya adalah kehormatan manusia.

Walau demikian, saya sungguh munafik bila tidak menyambut kehormatan itu dengan syukur, atau paling tidak dengan agak narsis –sambil berbisik-- saya melontarkan kegembiraan lewat satu kata: ‘’Cihuiiii….’’

Selebihnya, saya tahu diri bahwa kehormatan yang diberikan bukanlah cek kosong. Dia adalah tiket sekali jalan yang menuntut tanggungjawab amat sangat besar. Karenanya pula, saya harus menutup tulisan ini dengan pernyataan: DPD PAN Kota Kotamobagu-lah yang pantas mendapat kehormatan, karena telah dengan lapang dada memberikan kehormatan untuk kami, semua nama yang telah disebutkan dalam rekomendasinya.***