Rabu, 02 April 2008

Email Kurniawan S Basol: Penisbahan Buaya yang Memotifasi Berudu

Sekali lagi Kurniawan S Basol menanggapi posting saya dengan mengirim email lewat ionekoranmks@.... Pembaca, demi keadilan tentu email tersebut harus di-posting di blog ini. Namun, sebagai koreksi, tuan calon sarjana yang sedang kuliah di Makassar ini sangat keliru menuliskan alamat blog saya, orangmongondow@blogspot.com. Sebab, yang seharusnya adalah http://orangmongondow.blogspot.com/ Tentu pembaca bisa menyimpulkan sendiri. Email ini sama sekali tidak diedit.

Beberapa waktu yang lalu saya sempat saling e-mail dengan abang senior sekampung saya, tiga hari saya menunggu balasan e-mail saya yang terakhir, tak kunjung dibalas. Akan tetapi tanggal 31 Maret pukul 17.05 saya mendapat telepon dari saudara saya dimanado, katanya tanggapan saya telah di posting di blogspot-nya orangmongondow@bolgspot.com. Saya cukup kaget dengan kabar tersebut. Awalnya saya mengira beliau merasa malu atau karena hanya akan "mengotori" blogspot-nya bila tulisan saya di posting, makanya yang saya kunjungi e-mail saya yang menjadi media diskusi kami. tapi ternyata ujung-ujungnya di posting juga. Alhamdulliah.

Bukan lagi menjadi sebuah rahasia bahwa yang namanya Kota Makasssar adalah kota yang digolongkan sebagai kota yang terbesar di kawasaan Indonesia timur dan terbagi menjadi sekian banyak Kecamatan dan Kelurahan, antara satu wilayah dengan wilayah lain terbentang jarak dengan ukuran tertentu, memiliki kepadatan penduduk, serta jalur transportasi yang padat, suhu cuaca yang panas serta memiliki tingkat polusi udara yang tinggi sehingga dapat dibayangkan berapa banyak energi yang akan diserap dalam tubuh kita jika jalan-jalan melintasi kota tersebut. Perintis Kemerdekaan, adalah nama jalan diwilayah bagian timur Kota Makassar tempat saya tinggal, beristirahat, serta aktivitas saya lainnya, tidak hanya sekedar melamun saja. Sementara pantai losari terdapat di bagian barat kota yang sama. jadi untuk jalan-jalan ke Pantai Losari bagi saya "sangat luar biasa". Begitupun dengan main PS, paling tidak menambah pengetahuan serta kesadaran saya terhadap perkembangan teknologi saat ini selebihnya hanya untuk kepentingan hiburan bagi saya itupun kalau lagi ingin saja. Karna saya pribadi main PS bukan hobi saya. Saya pikir anda mungkin juga pernah main PS, karma buktinya anda kenal tentang PS. Ya. Paling tidak hanya sekedar mengisi waktu santai anda dengan kerabat atau mungkin anak anda atau mungkin juga sekedar hiburan semata. Saya tidak bisa menyimpulkan karena hanya bersifat kemungkinan saja.

Banyak pihak yang menggangap bahwa kuliah orienrasinya kerja, wajar saja jika kita lekatkan dengan kultur bol-mong, sehingga banyak sarjana melongo karena bingung melihat pasar tenaga kerja yang dipenuhi antrean jutaan orang seperti anda katakan. Saya tidak heran jika anda berpandangan seperti itu kerena anda juga dari daerah tersebut. Tapi coba kita berpandangan bahwa kuliah adalah tempat untuk mencari tau apa yang belum kita ketahui, menambah wawasan, serta menggali potensi yang ada dalam diri setiap manusia, hasilnya adalah malah sebaliknya. Tidak hanya sekedar kuliah kemudian lulus, selanjutnya melamar pekerjaan, ketika tidak mendapat perkerjaaan akibat "terlambat antrean" ahirnya nganggur (KKN).

Hal yang menarik perhatian saya ketika anda membahas tentang teori, konsep dan implementsi, dimana anda mengatakan konsep seperti yang kebanyakan dikampanyekan oleh para birokrat dan politikus di Mongondow, sudah jelas terpapar saat ini. Hanya dipetik dari angan-angan sehingga hasilnya adalah sebuah wilayah yang dibangun tambal-sulam. Coba anda kaitkan dengan kalimat anda berikut ini "(…) Siapa pun perencananya harus mengumpulkan seluruh data dan aspek yang saling terkait di Kota Kotamobagu, merumuskan, menguji dengan asumsi-asumsi, dan akhirnya melahirkan konsep yang utuh".

Mari kita gunakan logika untuk membahas preposisi kedua kalimat tersebut. Coba pahami kalimat "(…) Siapa pun perencananya harus mengumpulkan seluruh data dan aspek yang saling terkait di Kota Kotamobagu, merumuskan, menguji dengan asumsi-asumsi, dan akhirnya melahirkan konsep yang utuh"
ini adalah premis mayor terhadap paragraph anda. Kalimat tersebut tentunya termasuk para birokrat dan politikus di Mongondow sebagai premis minor-nya. Artinya para birokrat dan politikus di Mongondow tentunya juga mengumpulkan seluruh data dan aspek yang saling terkait di Kota Kotamobagu, merumuskan, menguji dengan asumsi-asumsi, dan akhirnya melahirkan konsep yang utuh tidak hanya sebuah hasil petikan dari angan-angan sehingga hasilnya adalah sebuah wilayah yang dibangun tambal-sulam seperti yang anda katakan.

Sebernarnya dalam tulisan yang dimuat dalam harian radar bol-mong semuanya bermakna konotasi, wajar bila kita beda pendapat dalam pemaknaan sebuah kaliamat. Saya pikir sah-sah saja. Dari awal perdebatan yang menjadi persoalan adalah menyangkut penulisan, sementara ada juga beberapa pertanyaan yang saya sodorkan kepada Yang Mulia belum ada penanggapan. Memang harus saya akui bahwa penulisan saya tidak berbahasa Indonesia yang baik dan benar, tapi bukan berarti salah, melainkan hanya baik saja atau benar saja, dan hal seperti ini sah-sah saja bila dimaknai dalam bentuk konotasi. Mengenai penulisan tentang "Komedian Kasino" harus saya akui memang tidak memiliki dasar argument yang jelas. Harusnya tidak sedemikan dramatis saya mengatakan anda seperti itu mengingat usia kita terlampau jauh. Selain itu saya juga tidak mau disamakan dengan seoranng pengecut yang tidak mau mengakui kesalahannya. Lebih baik menjadi kodok atau berudu yang secara jantan mau mengakui kekeliruannya.

Nah. Kembali lagi ke pembahasan anda, mengenai kesadaran anda yang sesadar-sadarnya bahwa tulisan anda sangat menyakitkan banyak pihak. Terutama mereka yang sudah menikmati gelar-gelar yang anda sematkan sesuka anda. Tapi, "
apakah pihak-pihak yang sakit hati itu bisa membantah dengan landasan dan argumen yang rasional? Masalahnya tidak, karena mereka memang pantas mendapatkan gelar dan sebutan itu"
-seperti itu yang anda katakan-. Harusnya secara sadar juga ternyata tulisan anda tidak memberikan efek apapun terhadap mereka, artinya eksistensi anda tidak diakui, buktinya segala macam penisbahan anda melaui tulisan anda tidak ditanggapi, ini bukan berarti mereka pantas dengan gelar-gelar yang anda samatkan, melinkan anda dianggap tidak ada, makanya tak ada juga yang harus mereka tanggapi. Seharusnya anda bersyukur karena saya menanggapi tulisan anda, itu artinya, saya mengakui eksistensi anda.

Harus saya akui anda sangat ahli dalam meraikai kalimat, sahingga sangat menarik untuk dibaca yang pada akibatnya pembaca larut dengan tulisan anda. Saya pikir itu wajar saja mengingat latar belakang anda yang dulunya seorang wartawan. Memang sangat indah bahkan sang jawara menggombal sekalipun takkan sanggup menandingi keahlian anda dalam merangkai kalimat, maka wajar saja jika tulisan saya kalah indahnya dibandaingkan tulisan anda, karena dulunya saya bukan seorang wartawan, dan saya juga bukan seorang jawara menggombal, bahkan beberapa tulisan saya sebelumnya yang sengaja saja tujukan kepada anda saya anggap sebagai latihan untuk menulis, hasilnya ternyata cukup seru.

Seperti yang anda katakan, saya hanya berudu yang masih berada di kubangan, sedangkan anda adalah buaya yang lagi tidur di muara (dengan lelapnya), sampai-sampai anda tidak paham betul apa sebenarnya problematika yang terjadi di Kota Kotamobagu saat ini, dan apa saja yang dibutuhkan Kota Kotamobagu saat ini.***